Jumat, 13 April 2012

ANWAR DAN SANG BURUNG KECIL


Ketika Anwar sedang berjalan pulang dari sekolah, hujan mulai turun sangat lebat. Setelah makan malam, sebelum memulai pekerjaan rumahnya, dia bertanya kepada ibunya apakah dia boleh melihat hujan dulu sebentar. Ibu bilang bahwa Anwar boleh melihatnya sebentar saja. Anwar melihat ke jendela dan mulai memperhatikan hujan yang turun di luar. Ada orang berjalan di jalanan dengan memakai payung, dan yang tidak mempunyai payung merapatkan diri mereka ke bangunan. Tak lama kemudian, gumpalan hujan mulai terbentuk di mana-mana. Mobil yang lewat memuncratkan air ke sisi jalan dan orang berlarian dari pemberhentian agar tidak kebasahan. Anwar berpikir betapa menyenangkannya berada di dalam rumah dan dia harus lebih bersyukur kepada Allah Yang telah memberinya makanan dan rumah yang hangat untuk tinggal. Pada saat itu juga, seekor burung jelatik hinggap di bingkai jendela. Anwar berpikir bahwa burung malang itu pasti sedang mencari tempat berteduh dari hujan, dan dia segera membuka jendela.
   “Hai, namaku Anwar,” katanya. “Kamu boleh masuk kalau kamu mau.”
“Terima kasih, Anwar,” kata sang burung kecil. “Aku ingin menunggu di dalam sampai hujan reda.”
“Kamu pasti kedinginan di luar sana,” Anwar ikut merasakan “Aku belum pernah melihat burung sedekat ini sebelumnya. Lihat betapa tipisnya kakimu! Bagaimana kakimu dapat menahan badanmu hingga tegak?”
“Kamu benar, Anwar,” sang jelatik setuju. “Kami burung memiliki kaki yang tipis dibanding tubuh kami. Namun, biarpun demikian, kaki-kaki tersebut mampu menahan tubuh kami dengan sangat mudah. Ada banyak otot, pembuluh darah dan syaraf didalamnya. Bila kaki kami lebih tipis atau lebih tebal lagi, akan sulit bagi kami untuk terbang.”
   “Terbang pasti rasanya sangat menakjubkan,”  pikir Anwar. “sayapmu terlalu tipis, juga, namun kalian masih dapat terbang dengannya. Jadi, bagaimana kamu dapat terbang sedemikian jauhnya tanpa merasa lelah?”
“Saat pertama kali kami terbang, kami menggunakan banyak sekali tenaga karena kami harus mendukung berat badan kami pada sayap kami yang tipis,” mulai sang jelatik. “Namun begitu kami di udara, kami menjadi santai dengan mebiarkan tubuh kami terbawa angin. Jadi, karena kami menghabiskan lebih sedikit tenaga dengan cara ini, kami tidak menjadi lelah. Saat angin berhenti bertiup, kami mulai mengepakkan sayap kami lagi. Karena kelebihan yang telah Allah ciptakan untuk kami, kami dapat terbang dalam jarak yang sangat jauh.”

   Anwar kemudian bertanya, “Bagaimana kamu dapat melihat sekelilingmu saat sedang terbang?”
Sang jelatik menjelaskan: “Organ indera terbaik kami adalah mata kami. Selain memberikan kemampuan untuk terbang, Allah juga memberikan kami indera penglihatan yang sangat hebat. Jika kami tidak memiliki indera penglihatan bersamaan dengan kemampuan ajaib kami untuk bisa terbang, hal itu sangatlah berbahaya bagi kami. Kami dapat melihat benda yang sangat jauh dengan lebih jelas daripada manusia, dan kami memiliki jangkauan penglihatan yang luas. jadi begitu kami melihat bahaya di depan, kami dapat menyesuaikan arah dan kecepatan terbang kami. Kami tidak dapat memutar mata kami seperti manusia karena mata kami diletakkan pada pencengkramnya. namun kami dapat menggerakkan kepala kami berputar dengan cepat untuk memperluas wilayah penglihatan kami.”
   Anwar mengerti: “Jadi, itulah mengapa burung selalu menggerakkan kepala mereka: untuk melihat ke sekeliling mereka. Apakah semua mata burung seperti itu?”
“Burung hantu dan burung-burung malam hari lainnya memiliki mata yang sangat lebar,” sang jelatik melanjutkan. “Berkat sel khusus dalam mata mereka, mereka dapat melihat dalam keremangan. Karenanya, burung hantu dapat melihat dengan sangat baik untuk berburu di malam hari. Ada juga jenis burung yang disebut burung air; Allah menciptakan mereka agar mereka dapat melihat dengan sangat baik di dalam air. Mereka mencelupkan kepala mereka ke dalam air dan menangkap serangga atau ikan. Allah menciptakan kemampuan ini dalam burung-burung ini agar mereka dapat melihat dengan jelas di dalam air dan menangkap mangsa mereka.”
“Tidak semua paruh burung sama, nampaknya. Mengapa demikian?” Anwar bertanya.
   “Allah menciptakan berbagai jenis paruh yang berbeda untuk burung yang berbeda untuk melakukan pekerjaan yang berbeda,” demikian jawabannya. “Paruh kamu sesuai dengan sempurna terhadap lingkungan di mana kami tinggal. Ulat dan cacing sangat lezat bagi kami para burung pemangsa serangga. dengan paruh kami yang tipis dan tajam, kami dapat dengan mudah mengambil ulat dan cacing dari bawah daun pohon. Burung pemakan ikan biasanya memiliki paruh yang panjang dengan bentuk seperti sendok pada ujungnya untuk menangkap ikan dengan mudah. Dan burung yang makan dari tumbuhan memiliki paruh yang membuat mereka dapat makan dengan mudah dari jenis tumbuhan yang mereka sukai. Allah telah menyediakan dengan sempurna untuk setiap makhluk di Bumi dengan memberikannya kemampuan yang dia butuhkan.”
   Anwar punya pertanyaan lain untuk sang jelatik: “Kamu tidak mempunyai telinga seperti yang aku punya, namun kamu masih dapat mendengarkan aku dengan sangat baik. Bagaimana bisa?”
“Indera pendengaran sangatlah penting bagi kami para burung. Kami menggunakannya untuk berburu dan saling memperingatkan akan adanya kemungkinan bahaya sehingga kami dapat melindungi diri kami. Sebagian burung memiliki gendang pendengaran yang membuat mereka mampu mendengar suara yang paling kecil. Pendengaran burung hantu sangat peka akan suara. Burung Hantu dapat mendengar tingkat suara yang tidak dapat didengar manusia,” sang jelatik memberitahukannya.
Anwar kemudian bertanya: “Kalian para burung berkicau dengan sangat merdu. Aku senang mendengarkan kalian. Untuk apa kalian menggunakan suara kalian?”

Sang burung mengangguk: “Sebagian dari kami memiliki kicauan yang berbeda untuk mengusir musuh kami. Terkadang kami membuat sarang kami di dalam lubang pada batang pohon, dan ketika musuh mencoba masuk, kami mendesis layaknya ular. Penyusup tersebut berpikir bahwa ada ular di dalam sarang itu, sehingga kami dapat melindungi sarang kami.”
“Apa lagi yang kalian lakukan untuk melindungi sarang kalian dari musuh?” Anwar ingin tahu.
“Kami membangun banyak sarang tipuan untuk menyesatkan musuh kami,” kata sang burung. “Dengan cara ini kami membuat para penyusup tersesat dan melindungi sarang dan telur kami yang telah kami sembunyikan di daerah tersebut. Untuk melindungi sarang kami dari ular berbisa, kami menutupi jalan masuk dan membuatnya sangat berliku-liku. Kewaspadaan lainnya adalah membangun sarang pada pohon yang cabangnya berduri.”
“Bagaimanakah sebagian burung dapat berenang dalam air? dan mengapa tidak semua burung dapat berenang?” Anwar bertanya pada temannya.
Sang jelatik menjawab: “Allah telah menciptakan sebagian dari kami dengan kemampuan untuk berenang. Dia telah memberikan mereka kaki berselaput jala agar mereka mampu berenang saat masuk ke dalam air. Sebagian lain dari kami memiliki jari tipis tanpa jala. jadi, selain burung air, burung tak dapat berenang.”
“Sama seperti sepatu renang!” Anwar berseru. “Saat aku berenang dengan memakai sepatu renang, aku dapat berenang dengan jauh lebih cepat.”
“Ada beberapa burung yang telah memiliki sepatu renang ini sejak lahir,” kata sang burung.
Saat Anwar dan sang burung sedang berbincang-bincang, ibunya menyuruh Anwar untuk masuk ke kamarnya dan mengerjakan pekerjaan rumahnya. Pada saat bersamaan, hujan pun telah reda.
Anwar berkata pada temannya: “Sekarang aku harus masuk ke kamarku dan mengerjakan pekerjaan rumahku. Besok aku akan bercerita kepada teman-temanku tentang kemampuan istimewamu, dan bagaimana Allah telah menciptakan kamu dan makhluk lainnya melalui karya seni kreatif yang sedemikian sempurna.”
“Hujan telah reda, jadi aku dapat kembali ke sarangku,” jawab sang jelatik. “Terima kasih telah membawa aku masuk, Anwar. Saat kau menceritakan temanmu tentang kami, Bisakah kamu sampaikan juga kepada mereka untuk peduli kepada kami dan jangan melemparkan batu kepada kami atau kepada makhluk lainnya?”
“Ya, tentu saja aku akan menyampaikannya kepada mereka,” Anwar setuju. “Semoga Allah melindungimu.”
Anwar membuka jendela dan sang burung segera terbang, melayang menembus udara. Anwar memikirkan kesempurnaan dalam ciptaan Allah dan duduk mengerjakan pekerjaan rumahnya.

sumber Harun Yahya

Selasa, 10 April 2012

Pemikiran Anehku


Ini adalah lanjutan dari cerita gue yang “Biography gue"

Dari umur  1 sampai dengan menginjak yang namanya TK, gue sepertinya gak ingat sesuatu yang menarik...


Tapi waktu TK, gue punya banyak cerita menarik. Gue masuk TK pada umur 5 tahun di TK Dharmawanita Pelem 1 angkatan tahun 1999. Waktu itu masih belum banyak  PAUD sehingga gue langsung TK. Di saat itu naluri anak kecilku heran mengapa sih namanya kok TK Dharmawanita, padahal gue kan lelaki. Gue bertanya-tanya,”Apa gue salah masuk sekolah ya? Kok namanya Dharmawanita. Harusnya kan Dharmalelaki.” Gue sempat berpikir,”Apakah gue wanita? Kok sama orang tua dimasukkan ke sini.” Karena kecurigaan gue, gue cek gender gue... Ooh ternyata masih ada!!!  Terbukti bahwa  gue lelaki tulen.  Karena gue pemalu dan gak berani tanya, sampai sekarang  gue masih bingung tentang nama TK Dharmawanita...   


Waktu masuk pertama TK, muridnya itu banyak tapi mainannya sedikit. Sehingga waktu bermain itu harus antre panjang sekali seperti antrean BLT. Waktu itu gue antre di mainan yang namanya seluncuran (slurutan bhs jawanya) dan gue antre panjang sekali. Di seluncuran itu, namanya anak kecil kan selalu usil dan tak sabar maka terjadilah dorong-dorongan antar semua murid TK termasuk gue. Dan ternyata itu berakibat sesuatu, teman gue ada yang nangis di tengah antrean. Gue gak tahu sebabnya dan gue heran, ngapain sih dia nangis? Gue di hati bilang Manja. Tapi tiba-tiba yang mulanya 1 anak yang nangis jadi 2 anak, tambah 1 lagi jadi 3 anak, terus 4 anak dan akhirnya  banyak anak. Karena gue orangnya gentle, gue pikir tak akan nangis dengan hal yang seperti tu saja. Tapi sutu wabah menangis telah menyebar  di wilayah TK saat itu. Tak lama kemudian, semua ikut menangis dan gue pun ikut menangis juga. Terjadilah paduan suara yang indah di TK gue....   

SMILE...

Senin, 09 April 2012

Biography gue


Nama gue Muhammad Sepbi Mursyid. Tanggal 15 September 1994 merupakan tanggal bersejarah bagi gue karena gue lahir di hari itu..Tapi kelahiran gue dibilang susah sih gak susah tapi dibilang mudah sih juga gak mudah. Meningan baca nih, cara lahir gue ke dunia ini....

Gue dibuat oleh sepasang kekasih yang sudah terikat pada tali pernikahan yang sah di Departemen Agama yaitu oleh Ayah dan Ibu gue yang sangat gue cintai.
Setelah mencoba dan menunggu, ibu gue hamil juga yaitu jabang bayi yang berisi diri gue. Setelah hamil selama 9 bulan, Gue dilahirkan ke dunia ini lewat rahim sang ibu. Tapi tak semudah itu, waktu gue nendang-nendang perut ibu gue, waktu itu Ayah dan Ibu gue berada dalam perjalanan menuju satu-satunya supermarket murah yang berada di kota Tulungagung pada saat itu yang bernama BELGA. Waktu itu orang tua gue naik Yamaha 75 menuju ke Belga... tiba-tiba di tengah jalan, ibu gue merasa bahwa bayinya mau lahir ke dunia ini.  Bayinya memaksa keluar dengan sangat keras. Ibu berkata,”Yah, bayinya sudah memaksa keluar, ayo kita mampir ke Rumah Sakit.”  Karena ayah gue hemat, beliau berkata ,”Tahan dulu dong, ayo kita pulang saja, kita bisa mengeluarkannya dengan bantuan bidan. Kan bisa menghemat uang juga” (tak patut dicontoh). Tiba-tiba ibu gue teriak karena sudah tak tahan,”Aarghhh...!”  dan ayah gue pun panik dan memutuskan membawa ibu gue ke Rumah Sakit.

Karena saking paniknya, di tengah perjalanan ayah gue nabrak kucing yang berjalan di tengah jalan. Ayah pun berhenti dan menyingkirkan kucing ke pinggir jalan serta menguburkannya (Patut dicontoh). Sementara itu, Ibu gue sudah tak tahan dan berkeringat sangat banyak. Ibu berkata,”Ayah cepat...cepat.” “Emang mau kemana?,”jawab Ayah. Entah kenapa ayah gue gak sadar pada waktu itu. “Enggak ke mana-mana,”jawab Ibu dengan kesal.  “Ah, ibu bercanda.. ayo ke rumah sakit,”saut Ayah.  Tiba-tiba ayah gue sadar dan ingat kembali..

Setelah itu, ayah dan ibu gue sampai ke rumah sakit. Setelah berjuang beberapa lama, akhirnya ibu melahirkan gue ke dunia ini dengan selamat. Pada waktu ibu gue melihat gue pertama kali, ibu gue sempat bingung. Kata dia,”ini anak siapa ?”  “Ini anak kita”, jawab Ayah dengan sabar.

Kasian ya gue, masa ibu gue sendiri tak kenal  sama gue. Mungkin karena gue sedikit berbeda dari lain, gue punya mata sedikit sipit berbeda dengan ibu gue yang bermata sedikit lebar. Tapi setelah gue pikir-pikir, mungkin gue juga yang salah pada waktu itu. Harusnya gue mengenalkan diri gue kepada ibu dulu pada waktu itu. Kan belum kenal, pasti ibu tercinta belum kenal sama gue. Harusnya waktu itu gue berkata,” My beloved mom, kenalkan ini anakmu yang paling ganteng di dunia dan di akhirat. Lelaki yang tak bisa dikalahkan dengan apapun melainkan dengan kasih sayang ibu. Ibuku tersayang, anakmu ini akan menghormati dan menyayangi ibu selamanya.”.....................

Itulah cerita kelahiran gue. Dan itu merupakan pengalaman terburuk sekaligus yang terindah bagi orang tua gue. Terindah karena telah melahirkan anak yang ganteng ke dunia ini. Dan yang terburuk karena merupakan proses kelahiran anak yang termahal yang orang tua gue alami karena harus berada di rumah sakit dan biaya lebih mahal. Karena setelah itu adik-adik gue lahirnya selalu di rumah. (Mungkin sudah pengalaman...) HEHEHE

SMILE....

Cara Malaysia mengatasi banjir


Indonesia adalah negara yang dianugerahi oleh Allah SWT dengan segala nikmat-nikmat yang patut kita syukuri (Alhamdulillah). Buktinya hujan dengan air melimpah berada di mana-mana di seluruh Indonesia. Tapi kita belum bisa bersyukur atas nikmat yang berharga tersebut. Buktinya orang membuang sampah sembarangan di sungai dan di sembarangan tempat sehingga dapat meyebabkan air keruh, terjadinya penyumbatan air sehingga banjir tidak dapat dicegah untuk datang. Untuk itu, untuk pemerintah Indonesia, kita patut mencotoh Malaysia dalam mengatasi banjir. 

Bagaimana cara negara tetangga kita Malaysia mengatasi banjir?

Nah.. setelah saya berkelana di Paman Google. Saya menemukan caranya. Hal ini bukannya saya tidak bangga kepada Indonesia, tetapi malah saya berharap pemerintah meniru kebijakan pemerintahan Malaysia dalam mengatasi masalah rakyatnya.

CARA MALAYSIA MENGATASI BANJIR

Malaysia mengatasi banjir  dengan menggunakan teknologi Smart Tunnel.


Apa Itu SMART?

Smart merupakan akronim Stormwater Management and Road Tunnel, yaitu suatu proyek kebijakan Pemerintahan Malaysia dalam mengatasi maslah banjir di pusat kota Kuala Lumpur. Ini merupakan kerjasama antara Pemerintahan Malaysia dengan MMC Corp Berhad and Gamuda Berhad.

SMART ini akan mengalihkan volume air yang sangat besar menuju suatu terowongan (TUNNEL) dan reservoir penampung. Ini akan mengurangi volume air dan mencegah banjir terjadi.

Selain itu, di saluran ini juga dilengkapi jalur kendaraan bermotor yang bisa dilewati. Jalan di terowongan ini dibuat bertumpuk. Sehingga dapat mengurangi volume kendaraan sehingga tidak akan terjadi kemacetan. Dan menjadi efisien.

Itulah SMART TUNNEL yang berada di Malaysia. Mungkin masih banyak cara-cara lain. Untuk pemerintah, ayo kita belajar dari negara lain. Ayo kita curi ilmu negara lain untuk diadaptasikan di Indonesia tercinta.


I LOVE INDONESIA......